Sunday, November 10, 2013

i miss you Aning

-->
Setitik Hikmah di Balik Kegelapan
Oleh Aning Tya Palupi
Pagi itu cuaca terlihat mendung di sertai dengan rintik hujan, kabut putih dan suasana kelabu tak lupa melengkapi hari yang sendu itu. Rin, seorang gadis remaja singgah di teras rumahnya, ia sedang mendengarkan suara anak kecil di TPA dekat rumahnya yang sedang mengaji. Lantunan surat-surat makkiyah yang di bacakan, membuat Rin rindu akan masa lalu, hal itu karena Rin sudah tidak pernah mengaji sejak lulus Sekolah Dasar, kesibukannya pada sekolahlah yang menjadi alasan utama Rin. 
“Rin, minggu ini kan libur panjang. Coba deh, kamu buka Al-qur’an. Sayang kan kalau ilmu yang kamu punya tidak di gunakan dengan baik, kalau hilang tiba-tiba, gimana?,” nasihat ibunda Rin.
“Bunda, Rin masih sibuk dengan tugas-tugas sekolah, minggu ini kan libur panjang waktunya refreshing dong,” jawab Rin dengan nada simple.
“Tugas apa lagi, sih? Orang sudah liburan masih ada tugas,” jawab ibunya.
“Rin, lagi persiapan untuk tahun depan, bunda. Rin harus belajar banyak untuk UN supaya lulus dan di terima PMDK,” alasan Rin.
“Baca Al-qur’an cuma dua tiga lembar saja kok, sampai segitunya, coba ingat-ingat deh! Kapan terakhir kali kamu membaca Al-qur’an?,” tanya ibunya balik.
“Gini deh, nanti malem Rin janji. Rin bakal baca Al-qur’an, sekarang Rin mau pergi dulu teman-teman udah tunggu lama di Simpang Lima kita semua mau jalan-jalan, hunting baju, sama nonton. Rin, pergi dulu ya… Assalamu’alaikum,” pamit Rin terburu-buru.
“Wa’alaikumsallam….. Ya Allah, sadarkanlah anakku, Ya Allah,” lirih ibunda Rin.
Akhirnya Rin lebih memilih untuk pergi bersama temannya, dari pada mendengar nasihat ibunya. Malam hari pun tiba, tetapi Rin belum juga datang. Ibunda Rin khawatir akan keadaan anaknya, hingga saat tengah malam Rin pun datang, ibunda Rin segera membukakan pintu.
“Kalau kamu lapar, bunda sudah membuat nasi goreng seafood kesukaanmu. Enak loh,” tawar ibunya.
“Tidak, Rin sudah makan di luar. Sekarang masih kenyang. Rin mau tidur dulu, capek. Dan bunda jangan ganggu istirahatku,” jawab Rin dengan nada yang amat ketus.
Mendengar kata-kata yang terlontar dari anaknya langsung membuat ia terdiam dan tak tahu harus berkata apa. Ia pun juga tak berani mengganggu anaknya sekalipun. Sementara Rin sendiri telah mengingkari janjinya bahwa malam ini ia akan membaca Al-qur’an. Rin malah tertidur pulas tanpa sholat isya dan mengganti pakaiannya.
Adzan subuh pun berkumandang, ibunda Rin membangunkan anaknya untuk sholat, tapi Rin tidak menghiraukan ajakan ibunya. Pagi hari pukul 09.30 WIB, Rin terbangun dengan hati cemas. Ia teringat akan kejadian tadi malam, ia telah membentak ibunya, ia juga menyesal karena tidak mengerjakan sholat isya dan subuh, dan yang paling membuatnya ketakutan adalah ia ingkar janji untuk membaca Al-qur’an.
Rin segera terbangun untuk mencuci muka dan ingin meminta maaf kepada ibunya. Rin pun melewati dapur dan di lihatnya sepiring nasi goreng seafood yang sudah terbuang di tong sampah dapur dengan sia-sia. Rin pun terbayang-bayang saat bagaimana ibunya mencemaskan Rin tadi malam.
“Bi Ijah, bunda kemana?,” tanya Rin kepada pembantunya.
“Bunda kamu tadi pergi tuh, gak tahu kemana!,” jawabnya dengan nada bingung.
“Yaudah deh, makasih ya, bi,” balas Rin memelas.
Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu ibunya di ruang tamu dengan hati gelisah.
“Assalamu’alaikum,” terdengar suara salam dari ibunya.
Wa’alaikumsallam… Tunggu sebentar, bunda,” jawabnya sambil berdiri dan membukakan pintu.
Melihat ibunya datang Rin langsung memeluk ibunya erat dan meminta maaf.
“Bunda, kemana aja?,” kata Rin dengan nada manja.
“Bunda habis tabligh akbar bareng ibu-ibu, nah kalau ntar sore tabligh akbar khusus remaja Karang Taruna. Kamu harus ikut, nanti tuh ada bazar buku, baju muslim, sama makanan. Duh, suasananya menjelang Bulan Ramadhan banget deh. Selain itu, kamu juga dapat ilmu, kan ikut pengajian. Ikut ya,” tawar ibunya Rin.
“Pastinya, bunda. Rin bakal ikut acara tabligh akbar ini. Sekalian mengenang masa lalu, terakhir Rin ikut kan waktu Rin kelas 6 SD. Lama banget ya, bunda?,” tanya Rin.
“Gak apa-apa, biar lama asal belum terlambat. Masih ada kesempatan untuk melaksanakannya,” nasihat ibunya balik.
“Rin kira bunda pergi kemana, Rin khawatir, bunda. Bunda gak pamit,” terang Rin.
“Emh… kurang lebih seperti itulah yang tadi malam bunda rasakan ke kamu, Rin,” jawab ibunya langsung pergi ke dapur.
Sore hari tlah tiba, Rin bersiap-siap melaksanakan tabligh akbar dengan pakaian muslimah yang anggun. Rin pun menyegerakan langkahnya menuju Masjid Al-Ikhlas. Di sana ramai sekali dengan bazar, namun pandangannya hanya tertuju pada tempat buku-buku ilmu pengetahuan islami.
“Hal-hal yang wajib di lakukan ketika berpuasa,” bisiknya membaca salah satu judul buku itu.
“Bang, buku Hadist ini, harganya berapa?,” tanya salah satu gadis menyelak.
“Alisha…. Kamu Alisha, kan?,” tanya Rin menebak-nebak.
“Rin yah? Iya kan? Ya ampun…. Rin kamu apa kabar?,” tanya Alisha terheran-heran.
“Baik kok sha, kamu sendiri gimana?,” tanyanya balik.
“Alhamdullilah… luar biasa. Kamu tuh jarang banget kelihat, sih. Ikut Karang Taruna, dong. Gabung sama anak remaja islami di Masjid Al-ikhlas,” tawar Alisha.
“Aku  sibuk, Alisha. Eh, acaranya sudah di mulai masuk, yuk! Biar dapat tempat duduk di depan,” jawab Rin memotong pembicaraan.
Setelah selesai mengikuti acara tabligh akbar, mereka berdua berbicara sebentar sebelum pulang ke rumah mereka masing-masing.
“Rin, kamu mau gak bantu aku ngajar di TPA kita dulu, kasian Ibu Rabbi. Banyak guru yang mengundurkan diri. Makanya dia minta tolong ke semua anak remaja yang ada di sini, kamu mau tidak,” tawar Alisha secara lembut.
“Eh, aku ngajar, Sha? Ehm…. Insyaallah deh, Sha,” jawab Rin ragu.
“Aku tau kamu sibuk banget, sekolah kamu kan fullday. Tapi itu cuma tawaran kok, Rin. Gak bisa juga gak apa-apa, hehehehe,” jawab Alisha sambil cengengesan.
 Rin masih terbayang akan perkataan Alisha yang meminta dirinya untuk mengajarkan anak TPA mengaji. Ia heran, tapi ia menyikapi itu semua dengan sikap yang positif. Ia segera menerima tawaran Alisha untuk mengajar, karena apabila seseorang mengajarkan ilmunya kepada orang lain pahalanya tidak akan pernah terputus sampai meninggal dunia.
Pagi hari yang cerah, Rin berjalan di jalan setapak menuju TPA, dari kejauhan sudah terdengar suara-suara anak kecil mengaji, ia pun jadi teringat akan masa lalunya saat mengaji di tempat ini. Sepertinya hikmah untuk mengajar di TPA itu sebagai jalan untuk mengingat.
“Assalamu’alaikum…..” sapa Rin kepada Staf di TPA itu.
“Ibu, maaf mengganggu saya ingin bertanya, apa di sini ada yang bernama Alisha?,” tanya Rin kepada salah satu staf di TPA itu.
“Oh, mbak Alisha ya?, beliau sedang mengajar di kelas A, mau saya antarkan mbak?,” tawar staf TPA dengan ramah.
“Oh, gak usah mbak…. Biar saya ke sana langsung, boleh saya menemuinya?,” jawab Rin senyum..
Rin pun menelusuri setiap ruang di TPA itu sesekali ia melihat-lihat keadaan di dalamnya yang sama sekali tidak ada perubahan. Sampai akhirnya ia, menemui ruang kelas A.
“Assalamu’alikum,” Rin memberi salam sambil mengetuk pintu.
“Walaikumsallam, Rin akhirnya kamu datang juga, masuk yuk!,” tawar Alisha dengan gembira.
“Nah, Rin, ini murid-murid aku, kamu langsung perkenalkan diri ya, terus langsung kamu yang handle mereka untuk mengaji, aku ingin mengajar anak kelas B sebelah, ok,” perintah Alisha dengan nada bisik-bisik.
Akhirnya Rin pun mampu mengajari anak-anak TPA mengaji, sesuatu kebanggaan bagi dirinya. Setelah selesai mengajar, Rin keluar dari kelas itu. Nampak Alisha berjalan mendekatinya dengan seorang lelaki.
“Gimana sukses kan?,” tanya Alisha.
“Alhamdullilah, sukses, Sha,” jawab Rin.
“Masih kenal gak ini, siapa?,” tanya Alisha.
“Nara? Eh bukan Yuki, aduh.. salah yak?,” jawab Rin ragu-ragu.
“Ini Nara, yang pernah pinjemin kamu sandal waktu banjir,” terang Alisha.
“Oh…Nara. Kok sekarang ganteng, sih,” jawab Rin.
“Dari dulu kali…..,” jawab Nara emosi.
“Oiya, kita tadarus Al-qur’an yuk di Masjid Al-Ikhlas, sekarang kan pengajian terakhir, minggu depan kita kan sudah tarawih. Gak ada ngaji malam lagi,” kata Alisha.
“Betul banget tuh…Rin, ikut tadarusan yuk…Ini pengajian malam terakhir, pasti ada sesi maaf-maafan untuk menyambut Bulan Ramadhan. Ikut yuk! Ada Kak Izzan,” ledek Nara.
“Ka Izzan lagi Kak Izzan lagi, aku ke masjid untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah, aku mau dunia remajaku penuh dengan dunia islami, dengan kegiatan keagamaan yang bermanfaat, bukan karna Kak Izzan, aku juga sudah lupa kali sama beliau,” ambek Rin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.