Mudik alias pulang kampong adalah moment yang paling ditunggu-tunggu
oleh sebagian besar umat muslim yang akan merayakan idul fitri di kampung
halaman. Well, meskipun begitu pulang kampung saat lebaran sangat jarang
dilakukan oleh keluarga saya karena saat lebaran harga tiket melonjak tajam,
penumpang bis membludak, jalan tol macet dan lain lain. Since lebaran H+2 kami
kira jalanan sudah sepi then kami dadakan pulang kampung ke daerah Purworejo. For
the first time saya nyetir sendiri dari bekasi ke sana tanpa supir pengganti. It
was the longest driving for me. you know what? How long it takes on the way? Kami
berangkat hari senin pukul 04.00 WIB dan tiba di Purworejo pukul 01.43 WIB selasa
dini hari. Which is almost a whole day on the way dengan 5 kali istirahat
sekedar meluruskan kaki yang lumayan pegal but it's fine anak muda harus kuat
demi Indonesia yang lebih baik hehehe...
demi Indonesia yang lebih baik hehehe...
Cerita di perjalanan sangat banyak
dan sangat mengesankan. Sayang sekali hanya sedikit gambar yang bisa saya
tunjukkan di sini (supir dilarang mainan HP saat mengemudi) saya Cuma sempat
ambil gambar saat di rest area saja. Biasanya kalau pergi ke Jawa kami
istirahat hanya 1 kali di jalan toll namun special banget untuk moment lebaran
ini kami istirahat 2 kali di rest area. Pertama di karawang dan 1 lagi di KM
180an.
Di jalan saya mempertimbangkan mau ke tempat pakde dulu yang notabene
lebih dekat atau ke rumah mbah yang lebih jauh… intinya akan sama saya juga
yang nyetir tapi enakan pulangnya yang lebih dekat menuju bekasi atau lebih
jauh. Okelah saya nahkodanya so I chose to get farther to make going home feel
shorter. Kami ke Purworejo dulu. Inget banget jam 12.30 keluar tol Pejagan lalu
kami istirahat lagi untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan lagi menuju
Purworejo. Jalanan siang cenderung padat karena aktivitas masyarakat sekitar
dan lagi musim liburan juga banyak tempat wisata yang ramai. Polisi menerapkan system
buka-tutup jalan yang cukup membantu namun di Bumiayu wah ini paling ekstrim. Di
sana sedang dibuat flyover untuk rel kereta api namun belum jadi, jembatannya
masih berbentuk kerangka dan sangat berdebu. Zonk-nya adalah mobil berhenti
saat tanjakan which is very hard to me personally.
Bukan karena saya ngga ngerti mobil
tapi karena jalan yang berdebu + mobil yang saya pakai front wheel yang
bergerak so ketika berhenti di tanjakan si mobil agak sulit dan alhasil mesin
mati (inget banget pas masih belajar si mesin suka mati) sempat agak panic tapi
sebagai nahkoda saya harus tenang karena penumpang pasti lebih stress kalau
pengemudinya panic. Alhamdulillah pas udah turunan aman terkendali dan I may
thank to the driver behind me yang bener-bener ngertiin. Dia berhenti jauh di
belakang saya menghindari mobil saya mundur. Entahlah pertama kali banget saya
melek begadang sampai jam 12an belum tidur dan masih seger. Beban juga membawa
banyak nyawa di dalam mobil yang harus saya antarkan dengan selamat sampai tujuan
dan satu lagi, beban juga adik sepupu saya mabuk perjalanan kalaupun kami harus
berhenti untuk menginap lalu kapan sampainya?
Tuhan Maha Baik, di daerah Buntu
sebelumnya hujan namun saat kami lewati sudah berhenti tetapi jalanan aspal
yang kami lintasi benar-benar gelap sisa hujan tersebut. Subhanallah… saya agak
ngeri lewat situ sekitar jam 10an kami di Buntu dgn kecepatan 40 km/Jam terasa
sangat cepat karena jalanan sudah mulai lengang. Penumpang yang saya bawa sudah
terlelap tidur kecuali Ibu. Luar biasanya ibu saya yang biasanya di rumah
nonton TV sambil tidur, beliau melek nemenin saya. MasyaAllah… the power of
kasian sama anakanya. Beliau nemenin saya kami berduaan melek ngeliatin papan
hijau harus kemana. Jam 10 malam sampai tiba di temat tujuan beliau setia
nemenein saya melek. W O W….
Ayah saya selalu bilang “adik,
kalau ngga kuat berenti aja, kita nginep di hotel…” entah kata-kata sederhana
yang ajaib banget didengar, semakin saya dewasa semakin saya ngga mau jauh-jaub
dari orang tua. Mau terus bahagiain mereka dengan prestasi di bidang apapun.
Alhamdulillah untuk kesempatan yang benar-benar romantic bersama orang tua. Cuma
di kepala saya mikir keras. “saya harus dapatkan bukan Cuma suami tapi anak
tambahan untuk orang tua saya dan saya pun harus menjadi anak untuk orang tua
suami bukan menganggap mereka hanya mertua”
span lang="EN-US"> Maaf ya ngomognya agak ngelantur,
di sepanjang jalan gelap kami hanya di sinari lampu mobil dan saya agak mikir “ini
mimpi apa bukan ya? jalanan gelap banget mana ga sampai-sampai, jalananannya
naik turun seperti buntu jalannya” tiba-tiba ibu ngobrol meyakinkan saya itu
bukan mimpi. Sayang sekali sejak jam 9 malam HP saya kehabisan tenaga, alhasil
saya tidak bisa mengabadikan moment yang luar biasa ini. Tulisan ini hanya
menggambarkan sedikit sekali apa yang saya rasakan. Apa yang mata saya rekam,
telinga saya dengar saat perjalanan itu hanya saya sendiri yang tahu dan
mengerti persis tapi percayalah orangtua-kita rela berkorban apapun demi
anaknya so bersyukurlah jika mereka masih bersama kita dan cobalah selalu
bahagiakan mereka setiap saat karena kalau anda bilang “saya ingin membahagian oaring
tua kalau saya sukses” well, it takes time, we never know how long they will
stay with us. Tapi berdoalah “Ya Allah semoga saya bisa membahagiakan orang tua
saya selalu” dengan hal yang sederhana karena bahagia itu sederhana.
Itu cerita mudik saya, bagaimana dengan anda?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.