Monday, July 3, 2017

For the First Time in Forever Mudik saat Lebaran


Mudik alias pulang kampong adalah moment yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar umat muslim yang akan merayakan idul fitri di kampung halaman. Well, meskipun begitu pulang kampung saat lebaran sangat jarang dilakukan oleh keluarga saya karena saat lebaran harga tiket melonjak tajam, penumpang bis membludak, jalan tol macet dan lain lain. Since lebaran H+2 kami kira jalanan sudah sepi then kami dadakan pulang kampung ke daerah Purworejo. For the first time saya nyetir sendiri dari bekasi ke sana tanpa supir pengganti. It was the longest driving for me. you know what? How long it takes on the way? Kami berangkat hari senin pukul 04.00 WIB dan tiba di Purworejo pukul 01.43 WIB selasa dini hari. Which is almost a whole day on the way dengan 5 kali istirahat sekedar meluruskan kaki yang lumayan pegal but it's fine anak muda harus kuat
demi Indonesia yang lebih baik hehehe...
             Cerita di perjalanan sangat banyak dan sangat mengesankan. Sayang sekali hanya sedikit gambar yang bisa saya tunjukkan di sini (supir dilarang mainan HP saat mengemudi) saya Cuma sempat ambil gambar saat di rest area saja. Biasanya kalau pergi ke Jawa kami istirahat hanya 1 kali di jalan toll namun special banget untuk moment lebaran ini kami istirahat 2 kali di rest area. Pertama di karawang dan 1 lagi di KM 180an.
Di jalan saya mempertimbangkan mau ke tempat pakde dulu yang notabene lebih dekat atau ke rumah mbah yang lebih jauh… intinya akan sama saya juga yang nyetir tapi enakan pulangnya yang lebih dekat menuju bekasi atau lebih jauh. Okelah saya nahkodanya so I chose to get farther to make going home feel shorter. Kami ke Purworejo dulu. Inget banget jam 12.30 keluar tol Pejagan lalu kami istirahat lagi untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan lagi menuju Purworejo. Jalanan siang cenderung padat karena aktivitas masyarakat sekitar dan lagi musim liburan juga banyak tempat wisata yang ramai. Polisi menerapkan system buka-tutup jalan yang cukup membantu namun di Bumiayu wah ini paling ekstrim. Di sana sedang dibuat flyover untuk rel kereta api namun belum jadi, jembatannya masih berbentuk kerangka dan sangat berdebu. Zonk-nya adalah mobil berhenti saat tanjakan which is very hard to me personally.
             Bukan karena saya ngga ngerti mobil tapi karena jalan yang berdebu + mobil yang saya pakai front wheel yang bergerak so ketika berhenti di tanjakan si mobil agak sulit dan alhasil mesin mati (inget banget pas masih belajar si mesin suka mati) sempat agak panic tapi sebagai nahkoda saya harus tenang karena penumpang pasti lebih stress kalau pengemudinya panic. Alhamdulillah pas udah turunan aman terkendali dan I may thank to the driver behind me yang bener-bener ngertiin. Dia berhenti jauh di belakang saya menghindari mobil saya mundur. Entahlah pertama kali banget saya melek begadang sampai jam 12an belum tidur dan masih seger. Beban juga membawa banyak nyawa di dalam mobil yang harus saya antarkan dengan selamat sampai tujuan dan satu lagi, beban juga adik sepupu saya mabuk perjalanan kalaupun kami harus berhenti untuk menginap lalu kapan sampainya?

             Tuhan Maha Baik, di daerah Buntu sebelumnya hujan namun saat kami lewati sudah berhenti tetapi jalanan aspal yang kami lintasi benar-benar gelap sisa hujan tersebut. Subhanallah… saya agak ngeri lewat situ sekitar jam 10an kami di Buntu dgn kecepatan 40 km/Jam terasa sangat cepat karena jalanan sudah mulai lengang. Penumpang yang saya bawa sudah terlelap tidur kecuali Ibu. Luar biasanya ibu saya yang biasanya di rumah nonton TV sambil tidur, beliau melek nemenin saya. MasyaAllah… the power of kasian sama anakanya. Beliau nemenin saya kami berduaan melek ngeliatin papan hijau harus kemana. Jam 10 malam sampai tiba di temat tujuan beliau setia nemenein saya melek. W O W….
             Ayah saya selalu bilang “adik, kalau ngga kuat berenti aja, kita nginep di hotel…” entah kata-kata sederhana yang ajaib banget didengar, semakin saya dewasa semakin saya ngga mau jauh-jaub dari orang tua. Mau terus bahagiain mereka dengan prestasi di bidang apapun. Alhamdulillah untuk kesempatan yang benar-benar romantic bersama orang tua. Cuma di kepala saya mikir keras. “saya harus dapatkan bukan Cuma suami tapi anak tambahan untuk orang tua saya dan saya pun harus menjadi anak untuk orang tua suami bukan menganggap mereka hanya mertua”
span lang="EN-US">             Maaf ya ngomognya agak ngelantur, di sepanjang jalan gelap kami hanya di sinari lampu mobil dan saya agak mikir “ini mimpi apa bukan ya? jalanan gelap banget mana ga sampai-sampai, jalananannya naik turun seperti buntu jalannya” tiba-tiba ibu ngobrol meyakinkan saya itu bukan mimpi. Sayang sekali sejak jam 9 malam HP saya kehabisan tenaga, alhasil saya tidak bisa mengabadikan moment yang luar biasa ini. Tulisan ini hanya menggambarkan sedikit sekali apa yang saya rasakan. Apa yang mata saya rekam, telinga saya dengar saat perjalanan itu hanya saya sendiri yang tahu dan mengerti persis tapi percayalah orangtua-kita rela berkorban apapun demi anaknya so bersyukurlah jika mereka masih bersama kita dan cobalah selalu bahagiakan mereka setiap saat karena kalau anda bilang “saya ingin membahagian oaring tua kalau saya sukses” well, it takes time, we never know how long they will stay with us. Tapi berdoalah “Ya Allah semoga saya bisa membahagiakan orang tua saya selalu” dengan hal yang sederhana karena bahagia itu sederhana.

Itu cerita mudik saya, bagaimana dengan anda?    

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.