Pertanyaan pertama yang harus dimunculkan adalah kenapa semakin banyak orang tua begitu berambisi untuk semakin dini mendorong anak-anaknya mampu berbahasa Inggris? Saya amati faktor utamanya adalah betapa semakin ke sini, semakin masyarakat kita dibombardir dengan segala sesuatu yang berbau impor, segala yang dibayang-bayangi tema globalisasi dibelakangnya. Tumbuh kuat pandangan bahwa bahwa kita menjadi modern (maju) saat bisa berbahasa Inggris dan segala yang kita lakukan sehari-hari terkait hal-hal yang datang dari luar (diimpor).
Kalau ditinjau motivasinya secara pribadi, kemungkinan ada beberapa faktor di belakangnya. Pertama orang tua memang berencana untuk menyekolahkan anaknya di luar negeri atau untuk pindah berdomisili keluar Indonesia. Ini muncul dari faktor kebutuhan.
Kedua, yang saya amati lebih banyak terjadi, motivasi orang tua lebih banyak didasari gengsi. Bangga rasanya saat anak bisa mengucap kata-kata berbahasa asing. Mungkin seperti itu tadi, ada perasaan maju atau modern. Jadi ini tumbuh lebih karena gengsi atau istilah kerennya lifestyle. Atau mungkin orang tua merasa tenang saat anaknya mampu mengucap kata-kata dalam bahasa Inggris.
Tapi kalau kita coba bertanya kritis, untuk mayoritas kita masyarakat Indonesia, apakah ada kebutuhan anak untuk segera bicara bahasa asing, berkomunikasi secara aktif misalnya dalam bahasa Inggris? Di rumah, apakah komunikasi dijalankan dalam bahasa Inggris? Lalu di masyarakat luar rumahnya? Bahasa Inggriskah? Saya kira jawabannya tidak. Lalu apa dan bagaimana selanjutnya, ini yang harus kita lihat lebih jauh.
dikutip dari : http://www.semipalar.net/tulisan/tulisan24.html